Jakarta, SBN-
Mantan Menko Kemaritiman, Rizal Ramli siap membantu Presiden Joko Widodo untuk menyelamatkan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang masih mengalami kerugian sebesar Rp 1,366 triliun pada kwartal I tahun 2018. Hal tersebut di nyatakan dalam Confrensi Pers yang digelar di kediamannya Tebet Barat Dalam IV,Jakarta Selatan, pada Senin (26/06/2018).
Dalam penjelasannya kepada media Rizal Ramli menyatakan, menjamin akan mengembalikan Garuda Indonesia meraup keuntungan kembali dalam kurun waktu dua tahun dan sekaligus menyelamatkan reputasi Presiden Jokowi. “Kami ingin membantu pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi untuk memberi solusi,kami cuma tak ingin reputasi Presiden Jokowi merosot kalau Garuda terpaksa dijual,”kata Rizal Ramli.
Rizal Ramli juga mengaku dirinya pernah memberi peringatan kepada Presiden Jokowi bahwa soal potensi kerugian Garuda Indonesia pada saat dilantik sebagai Menko Kemaritiman pada 12 Agustus 2015. “Itu lah mengapa saya menjelaskan dalam pidato pelantikan sebagai Menko Kemaritiman pada 12 Agustus 2015 agar pemerintah melakukan evaluasi pada pembelian pesawat jarak jauh Garuda Indonesia karena pasti merugi,karena pada Juli 2015 Garuda punya masalah besar karena pembelian pesawat yang ugal-ugalan dan mark up yang terbukti oleh KPK yaitu pembelian pesawat jenis bombardir serta Airbus A380,”imbuhnya.
Rizal Ramli sendiri mengklaim dirinya pernah sukses melakukan penyelamatan kepada Garuda Indonesia pada era pemerintahan Presidem Abdurrahman Wahid.
Ia menyebut saat itu Garuda tidak mampu membayar kredit sebesar USD 1,8 miliar yang digunakan untuk pembelian pesawat yang di-“mark up” dan “leasing” yg di-“mark up” lebih dari 50 persen pada saat rezim Orde Baru.
“Saat itu konsorsium utang yang dipimpin bankir dari Jerman mengancam akan menyita semua pesawat Garuda Indonesia yang terbang ke Eropa,namun saya membalikkan itu mengancam balik akan mengadukan konsorsium utang itu ke pengadilan di Frankfurt Jerman karena menerima bunga odious dari pembiayaan “mark up” tersebut dan kalau terbukti saham mereka bisa turun,harus membayar denda,serta eksekutifnya bisa kena pidana,” ungkapnya.
Ia kemudian menceritakan konsorsium itu kemudian mendatangi Rizal Ramli agar tuntutannya tak dilanjutkan. Rizal Ramli mengatakan hanya bisa damai jika dilakukan restrukturisasi kredit USD 1,8 miliar tersebut dengan “token guarantee” (garansi ecek-ecek), yaitu USD 100 juta (5,5 persen dari total loan),dan indirect melalui bank komersial,bukan dari Kementerian Keuangan supaya negara terhindar dari risiko default. “Konsorsium bank tersebut mula-mula ngotot minta full guarantee (USD 1,8 miliar),tapi akhirnya menyerah terhadap tuntutan dari Dr Rizal Ramli,” pungkasnya.
(Git)