Suarabekasinews.com,Jakarta,
Animo masyarakat untuk mendapatkan Vaksin Nusantara hingga saat ini masih tinggi. Mereka pun menunggu kehadiran vaksin besutan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Dari 2.000 orang untuk keperluan uji klinis fase III,kini sudah ada lebih dari 40 ribu orang yang mengantre.
Hal tersebut diakui salah seorang anggota Tim Terawan,Prof Dr Chairul Anwar Nidom pada acara diskusi virtual,pada Senin (27/09/2021),
Ia menyatakan saat ini tim tengah menunggu keputusan pemerintah soal kemungkinan digelarnya uji klinis III. “Ya itu,tergantung pemerintah. Kapan kita bisa melaksanakan uji klinis III,” ujar Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Proffesor Nidom Foundation (PNF) ini.
Jika sudah diperbolehkan uji klinis III, maka tim tetap bakal menarik 2.000 relawan. “Untuk sisanya,ya kita kalau sudah clear,nanti mereka mendapatkan vaksin pada program vaksinasi biasa,” jelasnya. Ia pun berharap agar pemerintah atau otoritas kesehatan bisa segera mengizinkan tim untuk melakukan uji klinis fase III. “Mudah-mudahan Pemerintah bisa beri lampu hijau sehingga bisa laksanakan fase III sehingga bisa diaplikasikan ke masyarakat,”ujarnya.
Ketika didesak bagaimana kebijakan di tingkat atas,Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair ini mengaku tidak mengetahuinya secata pasti. “Radar saya kurang peka terhadap hal-hal seperti itu. Tapi saya kira belum ada kesamaan pandangan antara otoritas kesehatan dengan peneliti,”kata dia.
Namun ia berharap uji klisnis tahap II bisa menjadi landasan agar pemerintah merestui tim untuk melanjutkan ke fase III. “Fase II hasilnya tak mengecewakan, sehingga bisa jadi landasan untuk fase III. Soalnya kalau tak ada fase III tak bisa disebar ke masyarakat,”katanya.
Soal dukungan dari pemerintah, menurutnya,hal itu sebenarnya sudah ada. Faktanya uji klinis fase I dan II bisa digelar. “Tapi untuk fase III,belum tau kenapa. Mungkin perlu adanya dialog lebih intens,”katanya.
Ia pun berharap agar masyarakat di Indonesia bisa mendapatkan Vaksin Nusantara. Alasannya,modelnya sekali untuk seumur hidup. “Selain itu bisa hemat devisa karena tak perlu impor, bisa ekspor teknologi dan keterampilan,”katanya. (Red/***)