SUARABEKASINEWS.COM, Kota Bekasi-Dalam penyelenggaraan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awwal 1443 Hijriah, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bekasi turut mengundang sebuah kelompok Band Punk yakni Marjinal. Diketahui bahwa Marjinal merupakan sebuah group band musik Punk Indie di Indonesia yang menyuarakan tentang kondisi kritik sosial bermasyarakat dan bernegara, tak lupa pula tentang konsep beragama.
Terlihat hadir dalam acara tersebut diantaranya Khaqim Nurjawahir HMI Bekasi, Budiman Presidium Kahmi Bekasi,Mike dan Bob band Marjinal, Dr. Saiful Amri Akademisi dan Budayawan serta Majelis Taklim Babussalam.
Khaqim mengatakan bahwa kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini bukan hanya sekedar simbolis tetapi mampu memaknai.
“Saya mewakili dari HMI Bekasi, terkhususnya formatur terpilih Budi Nasrullah yang tidak dapat hadir pada kegiatan ini. Mengingat maulid Nabi ini adalah sesuatu yang memang kita harus sadari dan kita maknai secara mendasar. Maulid Nabi bukan hanya sekedar simbolis, bukan hanya secara budaya yang kita rayakan tetapi mampu memaknai Maulid Nabi ini sebagai kebangkitan titik balik Islam,” ucap Khaqim sebagai mide formatur HMI Bekasi di Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/10/2021).
Di tempat yang sama, vokalis Band Marjinal, Mike menuturkan bahwa Maulid Nabi ini adalah dengan adanya cahaya-Nya ridho baginda besar.
“Sejauh mana bahwa kita harus jujur, adanya langit dan bumi beserta isi nya ini adalah cahaya-Nya dia (Rasulullah Nabi Muhammad SAW) artinya bahwa keberadaan kita, adanya ridho baginda besar kita, bahwa maulid ini adalah satu peristiwa besar. Kita harus bersyukur atas kehadirat-Nya, disini kita dihadapkan oleh suatu bentuk asal untuk mengenal asal usul itu sendiri,” ucap Mike Marjinal.
“Sama kaya baju ini (baju dia pakai) lu boleh nakal tapi ngaji jangan lo tinggal,” tambah Mike sambil tertawa becanda.
Mike pun memberikan harapan kepada HMI Bekasi tentang berlebel mahasiswa ini tetap harus sadar sebagai anak negeri yang bermanfaat.
“Semoga HMI Bekasi menjadi suatu organisasi sadar bahwa mereka dititipkan satu amanah besar dengan banyak kelebihan sebagai kaum intelektual terpelajar segala ruang-ruang pengetahuan yang dimilikinya bukan sekadar hanya kemudian dirasakan bangga lebelitas sebagai mahasiswa tapi juga sadar sebagai anak negeri, sebagai masyarakat, sebagai insan, yang mencoba untuk sebuah kebermanfaatan tidak menjadi eklusif tetapi inklusif,” tutup Mike.(Joko/Gon).