Jakarta, SBN- “Bagaimana bisa remaja Indonesia tampak bahagia? Dan mengapa angka bunuh diri di Indonesia relatif sangat rendah?” “Remaja Jepang ingin sekali belajar dari Indonesia karena mereka tau bahwa Indonesia masuk kategori negara yang remajanya punya tingkat kebahagiaan yang tinggi dengan tingkat bunuh diri yang sangat rendah”.
Berdasarkan statistik, tercatat lebih dari 30.000 remaja Jepang bunuh diri setiap tahunnya. Satu orang yang tidak sampai bunuh diripun setidaknya sudah berkali kali melakukan percobaan bunuh diri. Angka tersebut merupakan angka yang tertinggi di dunia dan hanya bisa ditandingi oleh Korea Selatan.
Hutan Aokigahara merupakan tempat favorite mereka yang ingin mengakhiri hidupnya. Salah satu tempat kekinian lain untuk bunuh diri adalah Rel Kereta Api. Sampai2 disebutkan dalam sehari minimal 100orang bunuh diri di rel kereta dengan cara menabrakkan diri di kereta yang sedang melaju kencang. Solusinya, selain melarang, pemerintah Jepang juga memberikan sanksi berupa denda jutaan Yen untuk keluarga orang yang bunuh diri di rel kereta tersebut. Karena mengganggu transportasi umum.
Anda salah jika anda mengira hal ini karena tradisi “hara-kiri” atau “seppuku” yang merupakan pilihan untuk bunuh diri demi menjaga kehormatan di jaman kekaisaran Ashikaga tahun 1338 -1573. Tingginya angka bunuh diri oleh remaja Jepang ini semata2 karena remaja Jepang dewasa ini memiliki jiwa yang rapuh seperti kristal yang mudah pecah. Mereka sangat mudah putus asa, sendirian, dan depresi. Sehingga bunuh diri menjadi satu2nya solusi terbaik bagi mereka.
Mengapa Jepang harus belajar pada Indonesia? Karena Indonesia punya 3 kultur penting yang tidak dimiliki oleh bangsa Jepang, yaitu:
1. FONDASI AGAMA yang kuat; Di Indonesia, sekitar 99,5% memegang teguh ajaran agama. Baik itu Islam, Kristen, Hindu, Budha maupun Kong Hu Chu. Jadi di Indonesia hampir tidak ada anak anak muda yang teran terangan menyatakan diri atheis. Agama yang ada melarang keras adanya bunuh diri. Bahkan semua orang Indonesia yang beragama, selalu percaya ada kehidupan setelah mati, yaitu surga atau neraka. Kehidupan mana bukan merupakan reinkarnasi (atau kesempatan kedua atau ketiga untuk hidup kembali).
Agama juga memberikan ketenangan hidup yang hakiki. Setiap ada masalah, berarti Allah (Kamisama) sedang menguji kita. Dan Allah tidak akan pernah meninggalkan kita sendirian. Jadi kalau semisal seseorang mendapatkan masalah yang sangat berat, dia akan kembali ke Allah. Perasaannya akan selalu menjadi tenang dan masalah seberat apapun pasti ada jalan keluarnya.
2. KELUARGA dan KOMUNITAS orang sekitar (sahabat, tetangga, masyarakat sekitar). Sistem kekerabatan di Indonesia sangat kuat, walaupun di beberapa tempat juga sudah terkikis, namun jika dibandingkan dengan negara negara lain, masih sangat menggembirakan. Keluarga merupakan pendidikan dini terpenting yang menjadi fondasi yang kuat bagi setiap anak.
Indonesia mempunyai kultur berbagi. Makanya orang Indonesia senang sekali ngobrol untuk mencurahkan isi hati. Hal ini sangat membantu terapi bagi yang mengalami depresi atau stress. Jadi remaja atau orang yang putus asa tidak merasa sendirian.
3. GOTONG ROYONG ; Masyarakat Indonesia selalu terbiasa untuk langsung memberikan bantuan setiap kali ada anggota keluarga, komunitas atau orang lain dalam kesusahan. Dalam statistik, Indonesia termasuk negara no.2 di dunia yang masyarakatnya senang sekali membantu setiap ada keluarga atau komunitasnya dalam kesulitan. Setiap ada bencana, secara otomatis saja semua orang di sekitarnya langsung berpartisipasi membantu.
Bantuan tidak hanya uang, bisa berupa mendampingi, merawat dan mengurus orang orang yang kesulitan. Karena itu orang orang yang kesulitan menjadi tidak merasa sendirian dan dapat diringankan penderitaannya. Di pihak yang membantu pun terbiasa untuk bersikap emphaty dan tidak masa bodoh dengan kesulitan orang lain. Sangat kontras dengan Jepang atau Korea Selatan atau negara maju lainnya yang individualistis.
3 culture dasar dari bangsa Indonesia itu yang sudah diajarkan pendahulu kita ke remaja Indonesia sejak masih kanak-kanak dan secara terus menerus ditanamkan hingga saat ini. Puluhan bahkan ratusan remaja Jepang yang mendengar penjelasan ini merasa sangat antusias. Mereka pun berpendapat bahwa kultur Indonesia tadi sangat penting untuk ditiru dan dipelajari. Kultur yang menjadi identitas sebuah bangsa besar yang patut dikagumi.
Bangsa Indonesia seharusnya bangga dan merasa optimis dengan merawat identitas bangsa tersebut. Bukannya malah bersikap skeptis terhadap bangsa dan negaranya sendiri, sehingga selalu menempatkan diri dalam kasta yang paling rendah dan malah mengagungkan bangsa lain.
Perasaan “rendah” ini secara tidak langsung tampak dalam berbagai guyonan yang bersifat satire yang menempatkan Indonesia sebagai yang terjelek, terkonyol, atau terburuk dibandingkan negara negara lain. Hal mana jika dilakukan secara langsung dan terus menerus akan menanamkan di alam bawah sadar para dewasa muda bahwa kita bangsa yang tidak becus dan negara yang konyol.
Bahayanya, hal itu bisa menjadi “mantra atau sihir” yang berubah menjadi belati yang dihujamkan secara sengaja ke diri kita sendiri untuk mengamputasi kemampuan sendiri. Berbanggalah, bahwa Indonesia punya pusaka adat istiadat yang luar biasa yang bisa menjadi modal istimewa untuk menjadi bangsa yang besar.
(Ist/foto dok