Makam Candi Tenjo di Desa Muncanglarang Paling Ditakuti Pejabat dan Aparat Negara

  • Bagikan
Makam Candi Tenjo di Desa Muncanglarang Paling Ditakuti Pejabat dan Aparat Negara

TEGAL, SBN – MAKAM Candi Tenjo di Desa Muncanglarang Kecamatan Bumi Jawa Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah, konon sangat ditakuti oleh para pejabat sejak era kolonial hingga sekarang. Mitoskah?  Entah itu mitos atau kepercayaan tapi konon kalau seorang pegawai ke makam sebagai alamat yang bersangkutan bakal dipecat dari pegawai atau jabatannya atau dipindah.

Cerita itu sudah dikenal dan sering dibicarakan orang terlebih lagi warga setempat sangat meyakini. Entah apa sebabnya pun jarang yang bisa menjelaskan. Padahal banyak makam candi pada umumnya malah sering didatangi pejabat atau pegawai negara, untuk sababiah dalam rangka mencari tingkatan jabatan atau kedudukan atau mereka yang punya masalah ingin terlepas dari masalah.

Makam Candi Tenjo di Desa Muncanglarang Paling Ditakuti Pejabat dan Aparat Negara

Tapi makam Candi Tenjo yang letaknya jauh terpencil itu memiliki kepercayaannya lain dari yang lain. Menurut Sobirin (62) warga Desa Batu Mirah yang biasa datang ke Pedukuhan Tenjo sempat bincang bincang mengakui munculnya kepercayaan tersebut.

“Bahkan pasir dari makam Candi Tenjo bisa bermanfaat bila sirik dengan tetanggga yang jadi pegawai cukup menggunakan tanah pasirnya ditaburkan pada rumah pegawai tersebut biar yang bersangkutan dipecat dari pegawai atau dipindahkan di tempat lain yang tidak dia sukai.”

Makam Tenjo sebenarnya tidak sebagaimana makam candi yang lain yang biasanya penuh pepohonan besar dan angker beserta makam umum. Namun Makam Tenjo yang lokasinya di perkampungan bukit ini ada hanya di bawah rerimbunan bambu, amat sederhana dan hanya dipagar keliling dengan getek terbuat dari bambu dengan luas ukuran 1,5 x 4 meter dengan batu nisan dari jenis batu biasa.

Tak ada tanda taburan bunga di makam yang dikenal sebagai makan “kewalian” ini dan tak menunjukan keistimewaan sama sekali. Namun begitu kharismanya yang besar membuat para pamong desa sendiri seperti lebe atau modin atau kaur kesra yang biasa mengurus makam di desanya pun takut dan tak berani mendatangi makam tersebut.

Diceritakan pula, pernah terjadi keponakan juru kunci makam Tenjo, Tauhid, ada yang sempat berurusan dengan polisi Polsek Bumijawa hanya karena urusan ribut soal bedug di masjid, lalu keponakan juru kunci ini ditangkap oleh tiga oknum polisi, tak lama kemudian tiga oknum polisi itu pun kena sanksi dipindahkan jauh entah kemana.

Itulah yang membuat kebanyakan aparat disana tak berani bertindak gegabah, yang jelas image soal makam Tenjo amat menakutkan bagi aparat. Namun begitu jurnalis Panturaonline menemui juru kunci candi makam Tenjo, Tauhid (65) di rumahnya yang masih dalam satu kawasan makam tersebut mengingat lokasi tanah masih merupakan tanah pekarangan milik pribadi. Dia menjelaskan, bahwa image berlebihan seperti itu tidaklah benar, karena semua itu, kata dia, tergantung niat pribadi dan perilaku orang yang bersangkutan, mereka datang niatannya apa? Niat baik atau tidak, untuk kebaikan atau sebaliknya.

“Kalau datang dengan niatan baik untuk ziarah, doa atau tahlilan sebenarnya tidak masalah, orang biasa atau pegawai sama saja, ” kata pak Tauhid.

Namun kadung segala sesuatunya sudah menjadi kepercayaan itu sehingga susah dihilangkan mengingat sejak dari dulu diyakini seperti itu. Sebab musabanya pun, Tauhid mengaku kurang memahami. Sehingga tidak bisa menjelaskannya. Dia hanya mengatakan bahwa makam Tenjo itu dari dulu dikenal sebagai makam “kewalian” dan sudah ada sejak dia belum lahir, kemudian setelah usia tua pulang kampung medapat kepercayaan dari tokoh masyarakat setempat untuk merawat makam tersebut sampai sekarang. Dan tanah pekarangan yang ditempati makam memang kebetulan masih ada hubungan warisan dari orangtuanya. Dan keberadaanya itu sudah ada sejak lama sebelum Indonesia merdeka.

Lantas makam siapa sebenarnya di Pedukuhan Tenjo yang cukup dikeramatkan itu? Menurut Tauhid makam tersebut merupakan makam Syekh Abdurahman bin Muhammad Nursalim Dukuh Tenjo Mayasari dan masih ada hubungan kerabat dengan mbah Cenggini,di desa Cenggini Bala pulang Tegal.(Sri, LAPORAN: SAMSUDIN ANHAR, TEGAL

  • Bagikan